Komunikasi berbasis kelompok dalam pelayanan kesehatan
Berbagai literatur menyatakan manusia terlahir sebagai zoon politicon. Istilah asing tersebut memiliki makna bahwa manusia sebagai mahkluk sosial sekaligus politik.[1] Manusia tidak dapat terlepas dari ketergantungan pada orang lain di sekitar untuk pemenuhan kebutuhannya. Kebutuhan manusia tidak hanya menyangkut persoalan makan dan minum, bagian lain seperti pendamping hidup atau teman belajar juga termasuk kebutuhan personal.
Upaya yang dapat dilakukan untuk menjembatani pemenuhan kebutuhan tersebut adalah lewat komunikasi. Komunikasi merupakan sarana transfer pengetahuan dari orang satu ke orang lainnya.[2] Lewat kegiatan inilah keinginan, gagasan, ide, atau informasi dari seorang individu dapat diberitahukan kepada individu lainnya.
Perlu disadari bahwa tingkat pemahaman suatu permasalahan antar individu tidaklah sama. Dibutuhkan wahana agar langkah-langkah aksi yang kelak akan dilakukan dilandasi dengan kesamaan persepsi dan tujuan. Melalui komunikasi lah beberapa harapan tersebut dapat tercapai.
Ternyata, dari beberapa profesi tersebut, saling membentuk kelompok sesuai ranahnya masing-masing. Meskipun demikian, kelompok tidak bisa dipandang hanya meliputi ruang/wilayah tertentu. Kelompok dapat diartikan sebagai wadah tatap muka dan saling berinteraksi antar anggota kelompok tersebut.[3] Jumlah anggotanya mulai dari 3 hingga 20 orang dan ada kesamaan tujuan dalam satu kelompok tersebut. Sehingga lahirlah kelompok rumah sakit, kelompok puskemas, dan kelompok klinik. Sedangkan bila diluar ranah kesehatan, dapat berupa kelompok sekolah atau kelompok kepolisian.
Perlu sinergi yang baik antar kelompok tersebut agar mampu menciptakan sistem yang baik pula. Kesehatan tentu tidak menuntut terbatas pada kelompok rumah sakit, namun dimulai dari layanan primer di kelompok puskesmas dan kelompok klinik, termasuk di dalamnya kelompok rumah bersalin. Bila semuanya saling berkomunikasi, jelas akan ada kemudahan dalam pemenuhan kebutuhan antar kelompok dan tentunya bermanfaat dalam meningkatkan pelayanan kesehatan kepada masyarakat.
Kelompok menurut jenisnya dapat dibagi dalam 3 jenis, meliputi kelompok belajar, kelompok pemecahan masalah, hingga kelompok pertumbuhan.[3] Melalui kelompok belajar, akan ada peningkatan ilmu pengetahuan yang dimiliki. Selain itu, melalui kelompok pertumbuhan, dapat dijadikan sarana berkonsultasi dalam menumbuh kembangkan potensi kedewasaan seseorang. Sedangkan kelompok pemecahan masalah lebih banyak membahas tentang situasi tertentu yang memerlukan penanganan tertentu dalam waktu tertentu pula. Sehingga tiap jenis komunikasi kelompok memiliki tujuannya masing-masing.
Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam melakukan kegiatan komunikasi di kelompok. Hal-hal ini memiliki hubungan dengan norma-norma secara umum sehingga akan sangat berkaitan dengan sosial, prosedural, dan tugas yang harus dilakukan selama berkomunikasi kelompok. Beberapa hal tesebut juga perlu diresapi dan dilaksanakan dengan baik agar proses komunikasi dalam suatu kelompok mampu terealisasi dengan kecenderungan hasil memuaskan.[3]
Hal-hal tersebut antara lain:
Sosial
a. Membicarakan topik yang tidak menimbulkan perdebatan atau kontroversial
b. Menyampaikan hal benar disertai bukti yang kuat
c. Sesekali menyelipkan lelucon agar pembicaraan menarik
d. Mencoba datang tepat waktu
e. Berusaha menepati janji
f. Ketika berhalangan hadir, sebaiknya disertai dengan alasan logis
g. Hindari kontak asap rokok, baik sebagi perokok aktif atau pasif
Prosedural
a. Posisi duduk berhadapan
b. Merancang agenda berkumpul
c. Menetapkan visi dan misi kelompok
d. Anggota kelompok saling memperkenalkan diri
e. Tidak mendominasi pembicaraan
f. Tidak pergi dari pertemuan tanpa alasan
Tugas
a. Mengkritik ditujukan pada idenya, bukan pada orangnya
b. Gagasan yang terbaik hendaknya didukung
c. Peduli dalam penyelesaian suatu masalah
d. Berbagi tugas dan tanggung jawab pekerjaan
e. Hindari berkata kotor dan melanggar norma kesopanan
Lantas, apa fungsi peran dari anggota tiap-tiap kelompok? Nah, ternyata anggota kelompok memiliki peran fungsional yang terdiri dari fungsi tugas dan fungsi pemeliharaan.[3] Fungsi tugas meliputi pemberian asupan informasi, lintas-pendapat, aturan serta pencari informasi. Sedangkan fungsi pemeliharaan membahas tentang penurunan ketegangan, motivasi, partisipasi, penyelesaian masalah pribadi, hingga penyeimbang keadaan.
Upaya yang dapat dilakukan untuk menjembatani pemenuhan kebutuhan tersebut adalah lewat komunikasi. Komunikasi merupakan sarana transfer pengetahuan dari orang satu ke orang lainnya.[2] Lewat kegiatan inilah keinginan, gagasan, ide, atau informasi dari seorang individu dapat diberitahukan kepada individu lainnya.
Perlu disadari bahwa tingkat pemahaman suatu permasalahan antar individu tidaklah sama. Dibutuhkan wahana agar langkah-langkah aksi yang kelak akan dilakukan dilandasi dengan kesamaan persepsi dan tujuan. Melalui komunikasi lah beberapa harapan tersebut dapat tercapai.
Profesi kesehatan dependen kepada komunikasi berbasis kelompok
Saat berkomunikasi, seseorang juga memperhatikan lingkungannya. Di dalam ruang lingkup masyarakat, terdapat beberapa jenis profesi yang disesuaikan dengan latar pendidikan masing-masing. Profesi tersebut antara lain: dokter, dosen/guru, polisi, pedagang, petani, perawat, dan masih banyak lainnya.Ternyata, dari beberapa profesi tersebut, saling membentuk kelompok sesuai ranahnya masing-masing. Meskipun demikian, kelompok tidak bisa dipandang hanya meliputi ruang/wilayah tertentu. Kelompok dapat diartikan sebagai wadah tatap muka dan saling berinteraksi antar anggota kelompok tersebut.[3] Jumlah anggotanya mulai dari 3 hingga 20 orang dan ada kesamaan tujuan dalam satu kelompok tersebut. Sehingga lahirlah kelompok rumah sakit, kelompok puskemas, dan kelompok klinik. Sedangkan bila diluar ranah kesehatan, dapat berupa kelompok sekolah atau kelompok kepolisian.
Perlu sinergi yang baik antar kelompok tersebut agar mampu menciptakan sistem yang baik pula. Kesehatan tentu tidak menuntut terbatas pada kelompok rumah sakit, namun dimulai dari layanan primer di kelompok puskesmas dan kelompok klinik, termasuk di dalamnya kelompok rumah bersalin. Bila semuanya saling berkomunikasi, jelas akan ada kemudahan dalam pemenuhan kebutuhan antar kelompok dan tentunya bermanfaat dalam meningkatkan pelayanan kesehatan kepada masyarakat.
Kelompok menurut jenisnya dapat dibagi dalam 3 jenis, meliputi kelompok belajar, kelompok pemecahan masalah, hingga kelompok pertumbuhan.[3] Melalui kelompok belajar, akan ada peningkatan ilmu pengetahuan yang dimiliki. Selain itu, melalui kelompok pertumbuhan, dapat dijadikan sarana berkonsultasi dalam menumbuh kembangkan potensi kedewasaan seseorang. Sedangkan kelompok pemecahan masalah lebih banyak membahas tentang situasi tertentu yang memerlukan penanganan tertentu dalam waktu tertentu pula. Sehingga tiap jenis komunikasi kelompok memiliki tujuannya masing-masing.
Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam melakukan kegiatan komunikasi di kelompok. Hal-hal ini memiliki hubungan dengan norma-norma secara umum sehingga akan sangat berkaitan dengan sosial, prosedural, dan tugas yang harus dilakukan selama berkomunikasi kelompok. Beberapa hal tesebut juga perlu diresapi dan dilaksanakan dengan baik agar proses komunikasi dalam suatu kelompok mampu terealisasi dengan kecenderungan hasil memuaskan.[3]
Hal-hal tersebut antara lain:
Sosial
a. Membicarakan topik yang tidak menimbulkan perdebatan atau kontroversial
b. Menyampaikan hal benar disertai bukti yang kuat
c. Sesekali menyelipkan lelucon agar pembicaraan menarik
d. Mencoba datang tepat waktu
e. Berusaha menepati janji
f. Ketika berhalangan hadir, sebaiknya disertai dengan alasan logis
g. Hindari kontak asap rokok, baik sebagi perokok aktif atau pasif
Prosedural
a. Posisi duduk berhadapan
b. Merancang agenda berkumpul
c. Menetapkan visi dan misi kelompok
d. Anggota kelompok saling memperkenalkan diri
e. Tidak mendominasi pembicaraan
f. Tidak pergi dari pertemuan tanpa alasan
Tugas
a. Mengkritik ditujukan pada idenya, bukan pada orangnya
b. Gagasan yang terbaik hendaknya didukung
c. Peduli dalam penyelesaian suatu masalah
d. Berbagi tugas dan tanggung jawab pekerjaan
e. Hindari berkata kotor dan melanggar norma kesopanan
Akhir kata
Setiap individu yang tergabung dalam suatu kelompok tertentu harus sadar akan posisinya sebagai anggota kelompok. Penting untuk dipahami bagaimana cara berinteraksi dengan baik antar anggota kelompok. Selain itu, terdapat norma atau hal-hal lain yang hendaknya selalu diperhatikan ketika melakukan kegiatan komunikasi kelompok. Semua hal itu diatur agar komunikasi yang dilakukan mampu mencapai tujuannya. Tidak sekadar berbincang dan makan-makan, melainkan mampu menuntaskan berbagai permasalahan terkait, terutama di bidang pelayanan kesehatan.Referensi:
- Sumaryono E. Etika & Hukum, Relevansi Teori Hukum Kodrat Thomas Aquinas. 5th ed. Yogyakarta: Penerbit Kanisius; 2006. p. 243
- Communication [internet]. Merriam-Webster’s Learner’s Dictionary [cited 2016 Sep 28]. Available from: www.merriam-webster.com/dictionary/communication
- Adler R, Rodman G. Understanding Human Communication. 9th ed. New York: Oxford University; 2006.
Tidak ada komentar:
Berilah komentar yang bijaksana tanpa menyinggung perasaan orang lain.