Bukan kutukan
“Alto yang di sebelah sana ke sini.”
Suara-suara itulah yang biasa didengar dari seorang konduktor untuk mengatur paduan suara. Sopran, sebutan untuk perempuan bersuara tinggi. Alto, sebutan untuk perempuan bersuara rendah. Suara sang konduktor tersebut tentu untuk mengatur barisan paduan suara agar menghasilkan harmoni suara dari tiap-tiap jenis suara berbeda.
Penyanyi bersuara sopran pendatang baru yang muncul trennya era dekade awal 2020-an dapat ditemukan tiga orang di antaranya; Lyodra, Tiara, dan Ziva. Ketiganya perempuan bersuara sopran. Mereka bertiga pula penyanyi yang berhasil menduduki posisi tiga besar dalam ajang kompetisi menyanyi. Namun ada saja di luaran sana yang meremehkan kontestan lain yang tidak menduduki posisi tiga besar dari pada mereka bertiga, yang merupakan penyanyi perempuan bersuara sopran ini. Mereka memandang remeh kontestan lain karena tidak memiliki suara yang tinggi. Memang mereka bertiga adalah penyanyi perempuan bersuara sopran sehingga mampu untuk mencapai suara tinggi di atas panggung.
Dalam barisan paduan suara, ada 4 jenis suara pada umumnya. Selain sopran dan alto, terdapat bass dan tenor. Bass, sebutan untuk laki-laki bersuara rendah. Tenor, sebutan untuk laki-laki bersuara tinggi. Sang konduktor dalam menjalankan perannya tentu saja tidak akan terus-terusan mengarah ke sopran untuk bersuara. Tentu ada giliran masing-masing untuk seluruh jenis suara, agar menghasilkan harmonisasi suara.
Apabila ada laki-laki mampu bersuara sopran, atau perempuan yang mampu menghasilkan suara rendah, tentu saja layak diapresiasi. Selain itu tentu saja tidak layak bagi mereka para perempuan yang hanya bisa bersuara tinggi, dan laki-laki yang hanya bisa bersuara rendah untuk diremehkan. Karena dalam barisan paduan suara saja, mereka ada barisannya masing-masing.
Coba lihatlah ke belakang beberapa tahun saja. Padahal penyanyi pendatang baru lagi ngetren pada dekade sebelumnya ada Fatin yang tidak menampilkan suara tingginya di atas panggung. Ciri khas Fatin adalah suara seraknya, dan ber-alto ria di atas panggung, memainkan suara rendah perempuan.
Memang, ada saja celah untuk mencela untuk orang yang tidak bisa melakukan sesuatu yang tinggi. Orang-orang yang bersuara rendah, dan bersuara tinggi memiliki kesempatan yang sama juga. Dengan begitu, sesuatu yang rendah juga sebetulnya sama saja, ada tempatnya masing-masing.
Ada celah untuk mencela, ada juga celah untuk orang terus mengejar prestasinya.
“Tuhan tidak mengutuk orang yang berprestasi” -Lyodra
Bukan sebuah kutukan kalau tidak bisa suara tinggi. Bukan kutukan kalo gak bisa yang tinggi-tinggi. Karena orang yang tidak bisa melakukan yang tinggi, sudah pasti bisa melakukan yang rendah.
Bukan kutukan adalah tulisan feature perdana karya Agung Riyaldi yang ditulis untuk blog afidbrilliana.com
Jika kamu tertarik dengan gaya penulisan seperti ini, silakan tinggalkan komentar. Usulkan juga ide-ide menarik yang ingin kami buatkan tulisannya di artikel berikutnya.
Tidak ada komentar:
Berilah komentar yang bijaksana tanpa menyinggung perasaan orang lain.