[Sharing] Nggak Nyangka Bisa Kuliah di FKUI (bagian 2, akhir)
Saat saya memasukkan ketiga pilihan itu, rentang passing grade tiap pilihan terbilang aman. FKUI: 65%; FKUB: 57%; dan Tek Geo UGM: 47%. Selisihnya hampir 10%, sehingga tidak terasa ekstrem. Keputusan tentang urutan pilihan ini juga tidak didapat hanya seminggu. Butuh konsultasi yang panjang dan usaha lain untuk meyakinkannya.
Saya berusaha konsultasi dengan wali kelas di Bimbel, Guru BK, orang tua, dan alumninya (baik UI, ITB, dan UGM). Tapi yang paling saya rekomendasikan adalah guru-guru di Bimbel. Minimal mereka lebih tahu dan sering terpapar dengan urusan pilih-memikih jurusan seperti ini setiap tahunnya.
Selain mengikuti SBMPTN, saya juga mengikuti berbagai ujian masuk mandiri. Meskipun tidak direncanakan atau tidak ada bayangan ingin meneruskan kemana, lebih baikmcara ini dicoba. Hitung-hitung sebagai backup bila terjadi hal-hal yang tidak diinginkan. Toh kita hanya bisa berikhtiar, Tuhan lah yang menentukan semuanya.
Tidak hanya satu, tapi kala itu saya ikut 3 ujian mandiri. Yaitu, UM Undip, SIMAK UI, dan UTM IPB. Itu saya urutkan berdasarkan tanggal kejadiannya. UM Undip saya isikan FK Undip dan Teknik Geologi.
Kenapa saya tidak ikut Utul UGM? Karena pada tahun 2016, UTUL dan SIMAK dilaksanakan bersamaan. Lalu, kenapa SIMAK? Karena lebih banyak yang ikut UTUL sehingga peluang di SIMAK menjadi lebih besar.
Terakhir, adalah UTM IPB. Saya kebagian tes di MAN 3 Bogor, lumayan dekat dengan kota, terutama stasiun. Sedangkan yang lain harus ujian di kampus IPB, Dramaga. Sangat jauh dan daerahnya tidak begitu ramai, karena sebagian besar hanya dipenuhi mahasiswa. Saya mengisikan pilihan teknik dan.. Saya tidak mengisi Fakultas Kedokteran Hewan (meskipun, katanya terbaik) karena memang saya tidak berminat di hewan. Jangan sampai jika diterima justru tidak dimasuki. Kan konyol.
Lalu timbul pertanyaan mengapa saya tidak mendaftar mandiri di UNS ataupun mencoba di ITS. Karena kedua perguruan tinggi ini menggunakan nilai hasil SBMPTN sebagai dasar seleksi jalur mandirinya.
Hasil dari seleksi mandiri ini, alhamdulillah saya diterima. Pilihan pertama, baik di IPB ataupun di UNDIP. Banyak yang berasumsi, saya tidak lolos SIMAK karena sudah lolos di SBMPTNnya. Namun, hal ini tidak berlaku jika berbeda jurusan. Nah, itulah pengalaman saya dalam melewati liku-liku mencari perguruan tinggi negeri.
Ternyata untuk melanjutkan studi, dibutuhkan usaha dan kerja keras. Tidak hanya bisa santai dan terus bermain. Bagaimana menurut teman-teman? Silakan tinggalkan komentar di bawah.
#Brill
Selain mengikuti SBMPTN, saya juga mengikuti berbagai ujian masuk mandiri. Meskipun tidak direncanakan atau tidak ada bayangan ingin meneruskan kemana, lebih baikmcara ini dicoba. Hitung-hitung sebagai backup bila terjadi hal-hal yang tidak diinginkan. Toh kita hanya bisa berikhtiar, Tuhan lah yang menentukan semuanya.
Tidak hanya satu, tapi kala itu saya ikut 3 ujian mandiri. Yaitu, UM Undip, SIMAK UI, dan UTM IPB. Itu saya urutkan berdasarkan tanggal kejadiannya. UM Undip saya isikan FK Undip dan Teknik Geologi.
Kenapa saya tidak ikut Utul UGM? Karena pada tahun 2016, UTUL dan SIMAK dilaksanakan bersamaan. Lalu, kenapa SIMAK? Karena lebih banyak yang ikut UTUL sehingga peluang di SIMAK menjadi lebih besar.
Terakhir, adalah UTM IPB. Saya kebagian tes di MAN 3 Bogor, lumayan dekat dengan kota, terutama stasiun. Sedangkan yang lain harus ujian di kampus IPB, Dramaga. Sangat jauh dan daerahnya tidak begitu ramai, karena sebagian besar hanya dipenuhi mahasiswa. Saya mengisikan pilihan teknik dan.. Saya tidak mengisi Fakultas Kedokteran Hewan (meskipun, katanya terbaik) karena memang saya tidak berminat di hewan. Jangan sampai jika diterima justru tidak dimasuki. Kan konyol.
Lalu timbul pertanyaan mengapa saya tidak mendaftar mandiri di UNS ataupun mencoba di ITS. Karena kedua perguruan tinggi ini menggunakan nilai hasil SBMPTN sebagai dasar seleksi jalur mandirinya.
Hasil dari seleksi mandiri ini, alhamdulillah saya diterima. Pilihan pertama, baik di IPB ataupun di UNDIP. Banyak yang berasumsi, saya tidak lolos SIMAK karena sudah lolos di SBMPTNnya. Namun, hal ini tidak berlaku jika berbeda jurusan. Nah, itulah pengalaman saya dalam melewati liku-liku mencari perguruan tinggi negeri.
Ternyata untuk melanjutkan studi, dibutuhkan usaha dan kerja keras. Tidak hanya bisa santai dan terus bermain. Bagaimana menurut teman-teman? Silakan tinggalkan komentar di bawah.
#Brill
Jujur, saat SMA kelas 10 saya kurang dalam pelajaran Biologi. Padahal, waktu SMP nilai Biologi saya 90 ke atas. Nilai rapor saya juga sangat bagus di fisika, matematika, dan kimia dibandingkan Biologi. Tapi, rencana pilihan pertama saya FKUI. Saya bener2 bingung: (
BalasHapusJujur, saat SMA kelas 10 saya kurang dalam pelajaran Biologi. Padahal, waktu SMP nilai Biologi saya 90 ke atas. Nilai rapor saya juga sangat bagus di fisika, matematika, dan kimia dibandingkan Biologi. Tapi, rencana pilihan pertama saya FKUI. Saya bener2 bingung: (
BalasHapus